MAKALAH
MENGENAL AL-QURAN DAN FUNGSINYA SEBAGAI SUMBER
ILMU
Di susun oleh kelompok 1
|
|
MOH ARFAN EFENDI
|
|
SYAMSU’DIN
|
|
PRODI SISTEM
INFORMASI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM MADURA
2019
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ilmiah tentang mengenal al-quran dan fungsinya sebagai sumber fungsinya
sebagai sumber ilmu,
Makalah ilmiah
ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini.
Terlepas
dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan
tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir
kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang mengenal al-quran dan fungsinya sebagai sumber ilmu ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap
pembaca.
Pamekasan, 28
Oktober 2019
Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Al-quran adalah kitab suci (kalam
ilahi) yang di wahyukan allah swt. Kepada nabi muhammad saw . Ia berfungsi
sebagai rahmat dan petunjuk bagi manusia dalam menjalankan hidup dan
kehidupannya. Secara etimologi kata benda al-quran berasal dari kata kerja qara’ah
yang mengandung arti : (1) mengumpulkan atau menghimpun , (2) membaca atau
mengkaji . Jadi kata al-quran berarti kumpulan/himpunan atau bacaan .
arti ini dapat di lihat dalam surat
al-qiyamah (75) ayat 17 dan 18, adapun definisi al-quran secara terminologis,
seperti seperti yang banyak di ungkapkan oleh para ulama adalah firman allah
(kalamullah) yang di turunan kepada nabi muhammad saw .(melalui malaikat
jibril) untuk di sampaikan kepada seluruh umat manusia , dan merupakan ibadah
dalam membacanya . Berdasarkan definisi tersebut , maka wahyu atau firman allah
yang di turunkan kepada nabi dan rasul sebelum nabi muhammad saw .
tidak di namakan al-quran, sebab setiap wahy
atau kitab suci yang di berikan kepada para nabi dan rasul, allah langsung
memberikan nama kitab suci tersebut. Seperti wahyu yang di turunkan kepada nabi
musa di namakan taurat, atau wahyu yang di turunkan kepada nabi isa di namakan
injil,atau wahyu yang di turunkan kepada nabi dawud di namakan zabur,bahkan ada
pula wahyu allah yang di turunkan kepada nabi muhammad saw.
tidak di muat dalam al-quran atau tidak di
namakan al-quran , melainkan di sebut dengan hadis qudsi atau hadis rabbani tau
hadis ilahi .yang di maksud dengan hadis ini adalah suatu yang di kabarkan
allah kepada nabi dengan melalui ilham atau mimpi ,kemudian nabi menyampaikan
makna dari ilham atau mimpi tersebut dengan ungkapan kata nabi sendiri.begitu
juga,penamaan kitab al-quran ,langsung di berikan oleh allah .
Melalui wahyunya.seperti terdapat
dalam al-baqarah (2) : 185,al-an’am (6):19,thaha (20):2, asy-syura (7):42, dan
surat al-hasyr (21)59. Keberadaan teks al-quran yang tersusun dalam 114 surat
dengan 6236 ayat, 74437 kalimat dan 325345 huruf, semenjak di turunkannya
hingga sekarang bahkan hingga akhir zaman tidak akan mengalami perubahan
sedikitpun , tetap akan terjaga kemurnian dan keasliannya.
1.2
Rumusan
Masalah
1.apakah pengertian AL-Quran ?
2. apa pengertian AL-Quran
menurut para ahli ?
3.apakah dalilnya bahawa AL-Quran adalah mukjizat abadi ?
4. apakah segi-segi dari
mukjizat tersebut ?
1.3
Tujuan
Sejalan dengan rumusan masalah, tujuan penulis
makalah ini adalah :
1.mengetahui
pengertian AL-Quran ?
2.
mengetahui apa pengertian AL-Quran
menurut para ahli ?
3.mengetahui
dalilnya bahwa AL-Quran adalah mukjizat abadi ?
4.
mengetahui segi-segi dari mukjizat
tersebut ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian dari AL-Quran
Al-Qur’an adalah firman Allah yang berfungsi
sebagai mukjizat (bukti kebenaran atas kenabian muhammad) yang diturunkan
kepada nabi Muhammad yang tertulis di dalam mushaf-mushaf, yang diriwayatkan
dengan jalan mutawātir, dan yang membacanya dipandang beribadah. Untuk
mendapatkan jaminan keselamatan dan kebahagiaan hidup baik di dunia maupun di
akhirat melalui Al-Qur’an, maka umat Islam harus berusaha belajar,mengenal,
membaca, dan mempelajarinya.1 Al-Qur’an diturunkan Allah kepada manusia untuk
dibaca dan diamalkan. Ia telah
terbukti menjadi pelita agung dalam memimpin manusia mengurangi perjalanan
hidupnya. Tanpa membaca manusia tidak akan mengerti akan isinya dan tanpa
mengamalkannya manusia tidak akan dapat merasakan kebaikan dan keutamaan
petunjuk Allah dalam Al-Qur’an. Di era globalisasi ini, banyak sekali
pergeseran nilai dalam kehidupan masyarakat dikarenakan para generasi kita
masih banyak yang belum mampu untuk membaca Al-Qur’an secara baik apalagi
memahaminya. Oleh karena itu, sebagai orang tua harus mengusahakan sedini
mungkin untuk mendidik dan membiasakan membaca Al-Qur’an
2.2.
Pengertian Al Qur’an Secara Etimologi (Bahasa)
Dari
segi bahasa, Al Qur’an berasal dari bahasa Arab, yakni bentuk jamak dari kata
benda atau masdar dari kata kerja qara’a – yaqra’u – qur’anan yang
artinya adalah “bacaan” atau “sesuatu yang dibaca berulang-ulang”.
2.3.
Pengertian
AL-Quran secara terminology(peristilahan)
Ditemukan
banyak pendapat seputar pengertian al-Quran secara terminologi, diantaranya
adalah ;
Dibawah
ini adalah beberapa pengertian Al Qur’an menurut beberapa ahli, antara lain Dr.
Subhi as-Salih, Muhammad Ali ash-Shabumi, dan Syekh Muhammad Khudari Beik.
a. Menurut
Dr. Subhi as-Salih
Menurut
Dr. Subhi as-Salih, Al Qur’an adalah kalam Allah SWT yang merupakan sebuah
mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, di tulis dalam mushaf dan
diriwayatkan secara mutawatir, serta membacanya adalah termasuk ibadah.
b. Menurut
Muhammad Ali ash-Shabumi
Menurut
Muhammad Ali ash-Shabumi, Al Qur’an ialah firman Allah SWT yang tidak ada
tandingannya, diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW penutup oara nabi dan rasul
dengan perantara malaikat Jibril as, ditulis kepada mushaf-mushaf yang kemudian
disampaikan kepada kita dengan cara mutawatir.Membaca dan mempelajari Al Qur’an
adalah ibadah dan Al Qur’an dimulai dari surat Al Fatihah serta ditutup dengan
surat An Nas.
c. Menurut
Syekh Muhammad Khudari Beik
Menurut
Syekh Muhammad Khudari Beik, Al Qur’an merupakan firman Allah SWT yang
bernahasa Arab, diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk dipahami isinya,
disampaikan kepada kita dengan cara mutawatir, ditulis dalam mushaf yang
dimulai dari surat Al Fatihah dan diakhiri dengan surat An Nas.
2.4. Penjelasan AL-Quran
Al Qur’an
merupakan mu r ni wahyu yang disampaikan
oleh Allah SWT, bukan berasal dari hawa nafsu perkataan dari Rasulullah SAW.Di
dalam Al Qur’an termuat aturan-aturan kehidupan manusia di dunia dan Al Qur’an
adalah petunjuk bagi orang-orang yang beriman dan bertaqwa.Al Qur’an ialah
sebuah petunjuk yang bisa mengeluarkan manusia dari keadaan gelap menuju jalan
yang terang benerang.Al Qur’an juga mempunyai fungsi sebagai pedoman bagi
setiap manusia untuk mencapai kebahagiaannya, baik di dunia maupun di
akhirat.Pembahasan pokok dalam Al Qur’an terbagi menjadi tiga yakni pembahasan
tentang akidah, pembahasan tentang ibadah dan pembahasan tentang
prinsip-prinsip syariat.Al Qur’an memiliki kedudukan sebagai sumber hukum islam
yang paling utama, sumber hukum kedua adalah perkataan nabi atau hadits.Hukum
islam merupakan hukum ketuhanan, Allah SWT telah mensyariatkan kepada seluruh
hambaNya. Al Qur’an adalah dalil utama dan jalan untuk mengetahui hukum-hukum
tersebut.Setiap umat islam tentu sudah menyadari dan mengetahui bahwasanya Al
Qur’an ialah kitab suci yang merupakan petunjuk atau pedoman hidup dan dasar
setiap langkah hidup.
Al Qur’an tidak hanya mengatur hubungan antara
manusia dan Allah SWT saja, akan tetapi di dalamnya juga mengatur hubungan
antara manusia dan manusia bahkan dengan lingkungan sekitarnya.
Itulah yang menjadi sebab, Al Qur’an menjadi
sumber hukum pertama dan paling utama bagi umat manusia, umat islam pada
khususnya.
Seseorang bisa dikatakan berpegang teguh pada
Al Qur’an jika mampu mengamalkan apa yang telah diajarkan dalam Al Qur’an.
Demikian uraian tentang pengertian Al Qur’an
menurut bahasa, istilah dan juga menurut beberapa ahli. Semoga bermanfaat.
Al-Quran sebagai Mukjizat Abadi
Di satu
sisi al-Quran adalah mukjizat terpenting bagi Nabi saw dan dalil terbaik bagi
kenabian beliau. Mukjizat agung ini memiliki keistimewaan atas seluruh mukjizat
karena memiliki:
1-Keabadian dan kesinambungan. Selalu hadir di tengah umat manusia dan di
sepanjang sejarah mereka (manusia) menjadi saksi kemukjizatan al-Quran. Hal ini
berbeda dengan seluruh mukjizat lain yang diturunkan untuk zaman tertentu saja
(terbatas oleh zaman).
2-Tidak terbatas oleh tempat. Dimana pun dan kapan pun al-Quran ada akan tampak
kemukjizatannya bagi semua orang. Berbeda dengan semua mukjizat lain yang
terjadi di tempat tertentu dan disaksikan oleh orang-orang tertentu.
3. Di samping sebagai mukjizat dan bukti kenabian, al-Quran juga merupakan
program hidup dan sumber petunjuk. Sedangkan semua mukjizat selainnya tidak
memiliki keistimewaan ini.
Al-Quran adalah kalam Tuhan dan mukjizat yang makhluk selain-Nya tidak mampu
mendatangkan kalam seperti ini. Al-Quran mengenalkan dirinya sebagai sebuah
mukjizat dan melemparkan tantangan kepada semua makhluk,
قُل
لَّئِنِ اجْتَمَعَتِ الْإِنسُ وَالْجِنُّ عَلَى أَن يَأْتُواْ بِمِثْلِ هَذَا
الْقُرْءَانِ لَا يَأْتُونَ بِمِثْلِهِ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيراً
Katakanlah: “Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang
serupa al-Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan
dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain.” (QS.
al-Isra:88).
Bahkan mereka mengatakan, “Muhammad telah membuat-buat al-Quran itu.”
Katakanlah: “(Kalau demikian), maka datangkanlah sepuluh surat-surat yang
dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup
(memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar.”
Jika mereka yang kamu seru itu tidak menerima
seruanmu (ajakanmu) itu maka (katakanlah olehmu): “Ketahuilah, sesungguhnya
al-Quran itu diturunkan dengan ilmu Allah dan bahwasanya tidak ada Tuhan selain
Dia, maka maukah kamu berserah diri (kepada Allah)?” (QS. Hud:13-14).
وَإِنْ
كُنْتُمْ فِى رَيْبٍ مِّمَّا نَزَّلْنَا عَلَى عَبْدِنَا فَأْتُواْ بِسُورَةٍ
مِّنْ مِّثْلِهِ وَادْعُواْ شُهَدَآءَكُمْ مِّن دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ
صَدِقِينَ / فَإِن لَّمْ تَفْعَلُواْ وَلَن تَفْعَلُواْ فَاتَّقُواْ النَّارَ
الَّتِى وَقُودُهَا النَّاسُ وَ الْحِجَارَةُ أُعِدَّتْ لِلْكَفِرينَ
Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang
al-Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat
(saja) yang semisal al-Quran itu dan ajaklah penolong-penolong selain
Allah, jika kamu orang-orang yang memang benar. Maka jika kamu tidak dapat
membuat(nya) dan pasti kamu tidak akan dapat membuat(nya), peliharalah dirimu
dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi
orang-orang kafir (QS. al-Baqarah:23-24).
Ayat-ayat di atas menerangkan bahwa al-Quran adalah mukjizat dan dalil bagi
kebenaran pengakuan kenabian Muhammad saw serta menegaskan kepada orang-orang
bahwa jika mereka meragukan kemukjizatan al-Quran atau risalah Nabi Muhammad
saw, maka datangkan seperti al-Quran atau sepuluh surah atau satu surah
sepertinya.
Seandainya kaum penentang Islam mampu melakukan
tantangan ini, pastilah mereka melakukannya. Minimal satu surah seperti
al-Quran, lalu mereka perlihatkan kepada Nabi saw dan kaum Muslim. Dengan jalan
ini (bila mereka mampu melakukannya—penerj.) maka tentunya mereka akan
meragukan kebenaran kenabian beliau saw. Cara ini adalah sebaik-baik bentuk
perlawanan dan penaklukan. Karena itu jika mereka mampu melakukan pekerjaan
ini, maka mereka dapat mencegah pengaruh dan penyebaran Islam. Membuat kaum
Muslim lari dari sisi Nabi Muhammad saw, dan tidak akan lahir semua peperangan,
pertumpahan darah dan penderitaan ini (karena Nabi hanya seorang diri saja,
tanpa pendukung).
Alhasil tantangan al-Quran tidak hanya untuk umat di masa Nabi saw dan bangsa
Arab. Tetapi ditujukan juga pada semua bangsa manusia di dunia, dimana pun dan
kapan pun. Jika mereka meragukan risalah Nabi Muhammad saw, hendaklah golongan
cerdik pandai dan sastrawannya membuat seperti al-Quran atau satu surah
sepertinya. Tetapi sebagaimana yang telah diramalkan al-Quran, hingga kini
pekerjaan ini tidak pernah dilakukan. Musuh-musuh Islam walaupun telah menulis
buku menolak dan merendahkan al-Quran, tetapi sampai kini mereka tidak pernah
berhasil menulis sebuah kitab yang menyamai al-Quran.
Segi-segi
Kemukjizatan Al-Quran
Telah disampaikan sebelumnya bahwa al-Quran adalah mukjizat yang berbeda dengan perkataan semua manusia. Hal ini diakui baik oleh kawan maupun lawan. Di sini perlu dijelaskan sebab kemukjizatannya. Mengenai hal ini telah disinggung beberapa segi oleh ulama, para teolog, sastrawan dan mufasir al-Quran. Kami bawakan sebagiannya di bawah ini:
Metode Unik
Dengan meneliti al-Quran secara akurat akan jelas bahwa kitab agung ini
memiliki metode unik dan baru, yang tentunya berbeda sepenuhnya dengan metode
penulisan-penulisan lainnya. Ayat-ayat al-Quran bukanlah syi’ir. Sebab tidak
disusun sesuai standar-standar syi’ir dan tidak berbentuk. Selain itu syi’ir
dilantunkan dengan ungkapan khayalan dan berlebihan. Sedangkan al-Quran tidak
demikian.
Meskipun al-Quran bukan kitab syi’ir, tetapi ayat-ayatnya dalam setiap surah
mirip penggalan-penggalan syi’ir, yang disusun dengan keselarasan dan gaya yang
khas. Dan di bagian akhir ayat bagi setiap surah ada keserasian dan keserupaan
khas yang memberikan keindahan dan daya pikat. Ayat-ayat al-Quran tidak
memiliki standar syi’ir, tetapi memiliki kesesuaian yang memukau dan memikat.
Al-Quran disusun dalam bentuk metode prosa. Tetapi berbeda secara keseluruhan
dengan prosa-prosa lainnya:
a) Dari segi kefasihan, balâghah dan pilihan kata dan kalimat, al-Quran
menempati tingkat tertinggi. Menuangkan konsep paling ilmiah melalui susunan
kalimat yang terbaik dan paling tepat serta memiliki kelembutan dan keindahan
yang khas tetapi secara sederhana. Ciri khas ini tidak ada dalam semua kalimat
lain, bahkan ceramah-ceramah, hadis-hadis dan doa-doa Nabi saw sendiri tidak
memiliki daya tarik ini.
Amirul Mukminin as adalah seorang yang
tergolong orang Arab yang paling fasih (dalam bicara). Beliau sejak kecil sudah
akrab dengan al-Quran, seorang penghafal dan pencatat al-Quran. Kitab Nahj
al-Balâghah-nya merupakan kitab yang paling balîgh (fasih). Namun tetap tidak
memiliki daya tarik dan keindahan (seperti yang dimiliki) al-Quran. Ayat-ayat
al-Quran, yang terkadang dikutip dalam khotbah-khotbah Nahj al-Balâghah atau
hadis-hadis, laksana bintang bercahaya di langit.
b) Tema-tema dan makna-makna dalam al-Quran
tersusun dengan metode yang khas, yang berbeda jelas dengan kitab-kitab
lainnya. Dalam kitab samawi ini, terdapat berbagai macam topik seperti:
mengenal Allah, hari kebangkitan, kiamat, hisab (perhitungan amal) dan kitab
(catatan amal), surga dan neraka, kenabian, kisah-kisah, dampak-dampak akhlak
yang baik dan buruk, penciptaan bumi, langit, manusia, binatang, tetumbuhan,
lautan, awan, angin dan hujan, hukum-hukum, undang-undang, hal-hal yang haram
dan halal, ibadah, muamalah, pernikahan dan talak, qishash, hukuman dan diyât
(denda), nasihat, wejangan dan puluhan topik lainnya.
Topik-topik di atas dan semacamnya disampaikan
dalam al-Quran dengan berbagai judul. Tetapi tidak sama dengan buku umumnya.
Karena dalam setiap buku, satu tema bahasan di dalamnya dibahas masalah-masalah
umum dan khusus yang berkaitan. Terkadang beberapa tema dikaji secara
bersamaan. Namun tetap saja berbagai macam tema tersebut dibahas secara
terpisah. Buku demikian ini sebenarnya merupakan beberapa tema berbeda yang
ditulis dalam satu buku dengan satu tujuan.
Sedangkan al-Quran tidak membahas satu tema
secara tuntas dan tidak menyebutkan masalah-masalah yang berkaitan dengan satu
tema dalam satu tempat. Berbagai tema dan masalah diatur secara acak dan saling
terpisah, namun bukan tidak berkaitan dan tidak sesuai. Tetapi ketepatan yang
khas menciptakannya saling berkaitan dan membentuk ayat-ayat dan surah-surah.
Berbagai macam konsepsi dan tema al-Quran adalah seperti mutiara-mutiara yang
bernilai tinggi dan beraneka ragam, yang dibentuk dengan keserasian dan kerapian
yang khas.
Oleh karena itu, al-Quran dalam penyusunan
sistematika topik-topiknya tidak mirip dengan satu kitab pun di antara
kitab-kitab tentang akidah, akhlak, undang-undang, hikayat, ilmu pengetahuan
alam, antropologi, sastra dan sejarah. Tetapi semuanya dibuatnya saling berkait
dan sesuai.
Tujuan al-Quran (dengan sistematika seperti
ini) antara lain bertujuan mengenal diri, alam, Tuhan, hari kebangkitan,
kehidupan setelah kematian. Mengarahkan manusia kepada menyembah Allah Yang
Esa. Mengajak kepada pelaksanaan kewajiban-kewajiban sosial dan individual,
penyucian jiwa dari akhlak buruk, pembinaan jiwa berakhlak mulia dan taqarrub
dan sair wa sulûk (perjalanan ruhani) kepada Allah.
Ketajaman dalam Penjelasan
Konsep-konsep al-Quran yang tinggi dan dalam dijelaskan dengan tegas dan
ketajaman yang khas sehingga menyentuh kedalaman jiwa si pendengar. Seolah-olah
dia menyaksikan realitas-realitasnya dan langsung mengetahui yang gaib. Oleh
karena itu, berita-berita al-Quran menjanjikan dan ancaman-ancamannya sangat
memukul.
Tafakur dan merenungi ayat-ayatnya akan mencerahkan ruh manusia, mengangkatnya
dari alam materi, dan mengenalkannya dengan alam gaib. Karena itu, dalam
daya-daya tarik ini, ruh manusia bisa saja menyaksikan hakikat-hakikat yang tak
kasat mata. Daya tarik al-Quran ini sampai pada batas dianggap kekuatan sihir
oleh para penentang Islam. Ketika mendengar ayat-ayatnya terkadang sampai
membuat mereka bingung dan tak terkendali, tidak tahu bagaimana harus memahami
ayat-ayatnya. Sebelumnya juga telah disampaikan bahwa ‘Utbah setelah mendengar
ayat-ayat:
Hâ mîm. Diturunkan dari Tuhan Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Kitab yang
dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum yang mengetahui…
Jika mereka berpaling maka katakanlah: “Aku telah memperingatkan kamu dengan
petir, seperti petir yang menimpa kaum ‘Aad dan Tsamud.” (QS. Fushilat:1-13).
Ia menjadi goyah. Mengaku tidak mampu memahami dan menginterpretasikan ayat-ayat
al-Quran. Dalam jawabannya kepada kaum Quraisy, ia berterus terang, “Aku tidak
memahami apa yang dia telah ucapkan, kecuali (yang aku pahami) dia memberi
peringatan kepada kalian dengan petir seperti petir ‘Aad dan Tsamud.”
Lantaran khawatir dengan daya tarik spiritual ayat-ayat al-Quran, tokoh-tokoh
musyrik berkata kepada orang-orang, “Jangan dengarkan perkataan Muhammad,
karena kalian bisa terperdaya.”
Ibn Atsir mengatakan, “Thufail bin ‘Amr Dusi, seorang lelaki terhormat, penyair
dan cerdas, berkata, ‘Pada masa Rasulullah saw masih di Mekkah, aku pergi ke
kota itu. Beberapa tokoh Quraisy datang kepadaku dan mengatakan, ‘Hai Thufail,
kamu datang ke kota kami tempat orang ini (Muhammad) hidup di tengah kami. Ia
telah menyulitkan kami dan menyebabkan perselisihan dan perpecahan.
Perkataannya persis sihir yang (sanggup) memisahkan hubungan antara ayah dan
anak, suami dan istri dan sesama saudara. Karena itu kami takut kamu akan
terperdaya. Maka janganlah kamu bicara dengan Muhammad dan jangan dengarkan
perkataannya.’
Thufail mengatakan, ‘Sedemikian serius mereka berpesan kepadaku, supaya aku
membatalkan niat untuk mendengarkan perkataan Muhammad dan tidak berbicara
dengannya. Sampai aku sumbat kedua telingaku dengan kapas.’
Pagi-pagi sekali aku pergi ke Masjidil-Haram. Aku melihat Rasulullah sedang
menunaikan shalat. Kudekati beliau. Sungguh Allah berkehendak agar beliau
menyampaikan firman-Nya kepadaku. Firman yang indah sampai di telingaku. Aku
bergumam kepada diriku sendiri, ‘Jangan permalukan ibumu! Kau seorang pujangga
dan bijak, bisa membedakan yang baik dan yang buruk. Lalu apa salahnya kau
dengarkan perkataan lelaki ini. Jika baik dan benar maka terimalah, dan jika
jelek dan batil maka tinggalkan!’
Thufail berkata, ‘Aku menunggu sebentar sampai Muhammad berjalan ke rumahnya.
Aku mengikutinya. Saat masuk rumah, aku pun ikut masuk. Ketika itu aku berkata,
‘Hai Muhammad, tokoh-tokoh Quraisy berkata demikian (tentangmu) kepadaku.
Tetapi Allah berkehendak agar aku mendengarkan perkataanmu. Aku telah mendengar
perkataan yang indah dan baik darimu. Sampaikanlah tujuan dan urusanmu
kepadaku!’
Maka Muhammad menyampaikan Islam kepadaku dan
membacakan al-Quran untukku. Demi Allah, tidak pernah kudengar suatu perkataan
yang lebih baik dan suatu perintah yang lebih kukuh darinya.[35]
Oleh karena itu jika Anda mengenal dan akrab
dengan sastra Arab dan tafsir al-Quran, maka renungilah metode luar biasa yang
ada dalam penyusunan ayat-ayat, pengertian-pengertian tinggi al-Quran, dan
pilihan kata dan kalimatnya. Akan Anda ketahui bagian keindahan dan
keluarbiasaan al-Quran ini.
3.Mengapa Al-Qur'an disebut kitab yang bersifat
universal ?
Karena Al-Qur'an tidak memiliki batasan
baik batasan waktu maupun batasan tempat, sebagaimana kitab-kitab Allah yang
lain yang ada batasannya, seperti injil batasannya hanya untuk bangsa israel
begitu juga kitab-kitab yang lainnya.
Pembahasan:
Al-Qur'an disebut kitab yang universal karena
Al-Qur'an diturunkan untuk rahmatan lil alamiin
(untuk seluruh alam),
Isi al-qur'an mencakup semua aspek kehidupan,
tentang pemerintahan ada, tentang tingkah-laku ada, tentang ibadah ada, tentang
hukum waris ada, dan tentang" yang lain
Al-Qur'an merupakan penyempurna kita"
terdahulu
Al-Qur'an tidak memiliki batasan baik batasan
waktu maupun batasan tempat, sebagaimana kitab" Allah yang lain yang ada
batasannya, seperti injil batasannya hanya untuk bangsa israel begitu juga
kitab" yang lainnya
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Berdasarkan
penjelasan di atas dapat di ketahui pengertian AL-Quran ,kebenaran AL-Quran
sebagai mukjizat abadi,dan kandungan AL-Quran secara universal sehingga memerlukan
pemahaman yang tidak mudah untuk kita sebagai kaum muda dan pelajar mengerti
terhadap AL-Quran itu sendiri.
Karena untuk menjadi seorang muslim sejati tidak
hanya menjadi seorang muslim yang hanya megikuti terhadap nenek moyang tapi mengerti apa arti sebuah agama tersebut yaitu
mengetahui terhadap AL-Quran itu sendiri.
3.2.
Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas ada beberapa yang penulis
ingin sampaikan Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal
dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua
itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan
tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami
berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakan
ini dapat memberikan manfaat maupun pemahaman terhadap pembaca.
No comments:
Post a Comment